BAHTERA
DENGAN GAYANYA
Pargelaran
teater telah hadir kembali dengan gaya yang berbeda, yaitu Naskah bahtera Bahtera dengan hasilnya tadi malam tepatnya
tepat pukul 20.15, Bahtera ini merupakan adaptasi dari naskah Kereta Kencana
karya Eugene Ionesco, yang di ketik ulang oleh W.S. Rendra dan diketik ulang kembali oleh seniman jebolan ISI Padang
Panjang S1 dan ISI Surakarta S2, yang bernama Darminta Soeryana M.,Sn. yang
ditampilkan di gedung Teater Arena IsI PadangPanjang Pertunjukan yang membuat
penonton gemas melihat boneka yang menjadi setting panggung, lebih dari seratus
boneka yang dihadirkan dalam pertunjukkan bahtera tadi malam. Pertunjukan yang
disiapkan dengan waktu yang singkat ini, merupakan pertunjukan pertunjukan yang
telah siap. Pertunjukan yang menuntut aktor untuk lebih aktif dalam beraksi
terhadap properti yang disiapkan. Akan tetapi banyak pro kontra yang terjadi
terhadap pertunjukan bahtera ini dengan gaya absuld atau yang sering disebut
tidak masuk akal.
Pertunjukan
bahtera ini di kemas sutradara dengan bumbu budaya Nangro Aceh Darusalam, karna
sutradara yang langsung menuliskan naskah Bahtera maka pertunjukan itu dikemas
dengan sedemikian rupa. Tetapi dari pihak penonton kurang memahami konsep dalam
perunjukan, naskah bahtera dengan dua aktor. Pada cerita didalam naskah Bahtera
karya Darminta Soeryana M.,Sn
menghadirkan nenek dan kakek yang berumur 200 tahun dan tidak mempunyai anak.
Disini penonton banyak yang mengomentari pertunjukan ini, ada yang menilai
berdasarkan cerita yang berujung kematian. Adapula yang menanggapi pertunjukan
ini seperti anak-anak.
Akan tetapi sutradara menjabarkan ilusi cerita
sebelum naskah ini di ditulis bahwa naskah ditulis dengan adaptasi naskah Kereta
Kencana karya Eugene Ionesco, naskah ini sebelumnya diimajinasikan bahwa dua
orang tua dalam cerita ini berangan-angan mempunyai anak, pada suatuhari semasa
ia masih muda dan baru menikah, seorang istri mual-mual, dan suamipun bahagia
dengan keadaan istri yang diperkirakannya sang istri mual karna hamil, suamipun
bergegas pergi kepasar mencari boneka untuk pemainan anaknya. Akan tetapi
malang seribu malang harapan itu hanya sia-sia semata, setelah sang istri di
periksa ke rumah bersalin ternya sang istri hanya mengalami masuk angin saja. Akan
tetapi harapan itu terus bergantung pada sepasang siuami dan istri itu untuk
mendapatkan anak, dengan harapan itu suami selalu membeli boneka setiap
tahunnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar