PENYANYI
MINANG MENGHIBUR PENGUNJUNG PASAR MALAM DENGAN BERTEATER
Oleh
Mardiah

Pasar
malam merupakan tempat rekreasi dari berbagai kalangan masyarakat, dan digemari
di berbagai kalangan umur, pasar malam yang biasa hanya digelar beberapa hari
pdi satu tempat dan beberapa hari ditempat lainnya. Karna tempat yang
berpindah-pindah masyarakat antusias dengan kehadihan pasar malan, antusias
masyarakat dikarenakan permainan yang yang dihadirkan di pasar malam untuk
kalangan anak-anak hingga orang tua. Pasar malam yang selalu diramaikan para
pengunjung.
Pasar malam
kali ini hadir di Kabupaten Tanah Datar, Koto Baru. Kemeriahan dengan keramaian
yang padat, pengunjung berasal dari berbagai daerah. Pasar malam yang dianggap
sebagai hiburan untuk menghilangkan setres, liburan anak sekolah, banyak yang
menganggap pasar malam merupakan tempat rekreasi yang kampungan, akan tetapi
tidak untuk warga Kabupaten Tanah Datar, Koto Baru, mereka masih antusias
terhadap hiburan yang ada.
teater
publik kini sudah merambat ke segala hiburan masyarakat, salah satunya bernyanyi
dengan selingan berteatrikal salah satunya. Bernyanyi sambil berteatrikal yang dimainkan oleh penyanyi minang Edi Cotok
dan Wati Mono. edi menjadikan teater sebagai pembuka, dan selingan dari setiap
lagu yang dinyanyikan.
Manajemen
pasar malam memiliki inisiatif untuk mengundang penyanyi minang untuk menghibur
para pengunjung, salah satu penyanyi yang di undang yaitu Edi Cotok beserta
istrinya Wati Mono. hiburan yang
diberikan menarik pengunjung untuk bermain di pasar malam, Edi dan Wati menghibur masyarakat menghibur
masyarakat tidak hanya dengan lagu-lagunya saja akan tetapi menghibur dengan teatrikal Edi dan Wati. Hiburan yang
diberikan Edi dan Wati membuat pengunjung tertawa terbahak-bahak melihat Edi
dan Wati berteater.

Huburan
teater yang dimainkan oleh Edi Cotok dan Wati Mono bisa dikatakan sandiwara
rakyat dengan gaya entertain. Edi Cotok dan Wati Mono menirukan adegan malin kundang
dan ibunya dengan pelesetan, ia mengemas menjadi lawakan. Edi Cotok dan wati
Mono juga menampilkan patun pelesetan sehingga pengunjung tertawa dan merasa
terhibur dengan hadirnya Edi Cotok dan Wati Mono.
Menurut buku
Dramaturgi Sandiwara oleh Dede Prama Yoza “pembacaan diakronis tentang pertumbuhan
teater dan seni dramatik di Sumatra Barat, atau masyarakat Minangkabau
khususnya, menunjukan bahwa sandiwara atau kadang dinamakan pula sandiwata
kampung tidak pernah didentifikasi sebagai salah satu entitas yang telah
memberi kontribusi besar.”
Dari buku
diatas jelas kita ketahui sandiwara merupakan wujud mempertahankan tambo di
daerah kita sendiri yang mengacu pada setiap sastra dan pertunjukan. Pertunjukan tidak hanya di fokuskan pada
teater semata melainkan bisa berdasar tariksuara (menyanyi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar