SINGA PODIUM

Tibalah saatnya
kampus ISI Padangpanjang pada ujian akhir mahasiswa dengan minat penyajian
(pemeran), yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2014 yang dilaksanakan di
gedung teater Arena ISI Padangpanjang, dengan mahasiswa teruji Selfitri Sedria
dengan naskah Singa
podium karya wisran hadi yang disutradarai oleh Kurniasih Zaitun. Pertunjukan yang
menceritakan podium yang megah, mendi Master Of Ceremonies ( MC ) yaitu Selfitri Sedria atau yang sering di disapa Salepy Likoti, disini salepi
menjadi MC yang pada acara besar dan megah. Abu Tausi Zaiyah adalah ustaz yang ingin
berceramah di acara besar dan megah tersebut namun ia tidak bisa
menyampaikannya dengan sempurna, yang diperankan oleh Abdul Hanif, dan Bida Duri yang disngka
istri dari Abu
Tausi Zaiyah yang sebelumnya
mengaku sebagai istri ustaz yang ingin menyampaikan pesan kepada ceramah dengan
pendapatnya sendiri yang bertentangan.
Ini
merupakan pertunjukan non realis yang memberi pesan semiotik pada setiap adegan
yang dimainkan, terdapat beberapa organ tubuh yang terlepas dari tubuh yang
menjadikan memberikan saksi baik dan buruk pada pertunjukan tersebut, seperti tangan- tangan yang terlepas dari tubuh yang memberikan pesan-pesan buruk yang pernah
melakukan kesalahan semasa hidup, kaki yang hidup terlepas dari tubuh memberikan pesan tentang
kekuasaan yang
dinjak, kebrnaran di injak, telinga yang terlepas dari tubuh yang memberi pesan sering
mendengar suara yg tidak pantas, mata yg terlepas dr tubuh karna pandangan yg
tidak pantas.


Terdapat dua orang laki- laki yg
menggunakan baju hitam dan putih yang dijadikan simbol sebagai malaikat
yang mencatat amal baik dan buruk, jika yang menggunakan pakaian berwana putih
merarti mencatat amal baik seseorang, jika berpakaian hitam menandakan malaikat
yang mencatat amal buruk seseorang. Membawa buku dua buku, berwarna merah dan putih. Merah
mencatat kejahatan seseorang, jika yang putih mencatat kebaikan seseorang. Pada naskah ini Abu Tausi Zaiyahlah orang yang
yang disiksa akibat perbuatannya di dunia.


Pada pertunjukan
ini memberikan keluasan kepada penonton untuk memberi pemaknaan terhadap
pertunjukan yang di tampilkan, pada buku mengkaji penonton pergelaran dan
ruangnya karya Jakob Sumardjo.
“John
Emigh (1996: 246) seorang profesor dalam bidang theate, Speech dan Drama di Brown University, Amerika
Serikat, yang juga praktisi berbagai bentuk pergelaran bertopeng (antara topeng
Pajengan - Bali) mengungkapkan pengalamannya demikian: “ setiap audiens baru
dan setiap acara baru selalu meminta pemikiran ulang dan pekerjaan ulang atas
material yang sama, dan mengarahkan material tersebut pada orang-orang yang
hadir disana, dan pada acara yang menyatukan kehadiran mereka”.[1]
Pada kutipan di
atas, banyak masyarakat yang mengenal teater akan tetapi banyak masyarakat
tidak mengenal jenis teater, termasuk teater yang ditampilkan pada pertunjukan
Singa Podium karya Wisran Hadi yang menghadirkan naskah yang menggunakan
simbol-simbol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar