Minggu, 22 Juni 2014

SINGA PODIUM



SINGA PODIUM


Tibalah saatnya kampus ISI Padangpanjang pada ujian akhir mahasiswa dengan minat penyajian (pemeran), yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2014 yang dilaksanakan di gedung teater Arena ISI Padangpanjang, dengan mahasiswa teruji Selfitri Sedria dengan naskah Singa podium karya wisran hadi yang disutradarai oleh Kurniasih Zaitun. Pertunjukan yang menceritakan podium yang megah, mendi Master Of Ceremonies ( MC ) yaitu Selfitri Sedria atau yang sering di disapa Salepy Likoti, disini salepi menjadi MC yang pada acara besar dan megah. Abu Tausi Zaiyah adalah ustaz yang ingin berceramah di acara besar dan megah tersebut namun ia tidak bisa menyampaikannya dengan sempurna, yang diperankan oleh Abdul Hanif, dan Bida Duri yang disngka istri dari Abu Tausi Zaiyah yang sebelumnya mengaku sebagai istri ustaz yang ingin menyampaikan pesan kepada ceramah dengan pendapatnya sendiri yang bertentangan.
            Ini merupakan pertunjukan non realis yang memberi pesan semiotik pada setiap adegan yang dimainkan, terdapat beberapa organ tubuh yang terlepas dari tubuh yang menjadikan memberikan saksi baik dan buruk pada pertunjukan tersebut, seperti tangan- tangan yang terlepas dari tubuh  yang memberikan pesan-pesan buruk yang pernah melakukan kesalahan semasa hidup, kaki yang hidup terlepas dari tubuh memberikan pesan tentang kekuasaan yang dinjak, kebrnaran di injak, telinga yang terlepas dari tubuh yang memberi pesan sering mendengar suara yg tidak pantas, mata yg terlepas dr tubuh karna pandangan yg tidak pantas.
Terdapat dua orang laki- laki yg menggunakan baju hitam dan putih yang dijadikan simbol sebagai malaikat yang mencatat amal baik dan buruk, jika yang menggunakan pakaian berwana putih merarti mencatat amal baik seseorang, jika berpakaian hitam menandakan malaikat yang mencatat amal buruk seseorang. Membawa buku dua buku, berwarna merah dan putih. Merah mencatat kejahatan seseorang, jika yang putih mencatat kebaikan seseorang. Pada naskah ini Abu Tausi Zaiyahlah orang yang yang disiksa akibat perbuatannya di dunia.

Pada pertunjukan ini memberikan keluasan kepada penonton untuk memberi pemaknaan terhadap pertunjukan yang di tampilkan, pada buku mengkaji penonton pergelaran dan ruangnya karya Jakob Sumardjo.

John Emigh (1996: 246) seorang profesor dalam bidang theate,  Speech dan Drama di Brown University, Amerika Serikat, yang juga praktisi berbagai bentuk pergelaran bertopeng (antara topeng Pajengan - Bali) mengungkapkan pengalamannya demikian: “ setiap audiens baru dan setiap acara baru selalu meminta pemikiran ulang dan pekerjaan ulang atas material yang sama, dan mengarahkan material tersebut pada orang-orang yang hadir disana, dan pada acara yang menyatukan kehadiran mereka”.[1]
Pada kutipan di atas, banyak masyarakat yang mengenal teater akan tetapi banyak masyarakat tidak mengenal jenis teater, termasuk teater yang ditampilkan pada pertunjukan Singa Podium karya Wisran Hadi yang menghadirkan naskah yang menggunakan simbol-simbol.




[1] Jakob Sumarjo, mengkaji penonton pergelaran dan ruangnya, Jalasutra, Yogyakarta, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar